Saya dan CPNS

Rasanya ingin menghidupkan blog ini kembali. Walau pun hanya berisi curahan hati, setidaknya ini bisa menjadi self healing untuk diri pribadi dan mengasah kemampuan menulis saya yang sudah lama tumpul.

23 Maret 2020, sepertinya tanggal yang ditunggu oleh banyak orang, termasuk saya.

Emang ada apa sih? Ada pengumuman hasil SKD CPNS 2019 di tengah situasi wabah corona.

Alhamdulillah, ternyata Allah masih percaya pada saya untuk tetap bersama keluarga HOOQ.

Rasanya ga lulus tes SKD CPNS sih senang, tapi bingung.

Senang karena saya banyak menemukan informasi kalau jadi PNS di instansi yang saya pilih, harus rela dipindahtugaskan setiap 5 tahun sekali, pindah kota, bahkan provinsi. So, banyak pasangan LDM. Sementara itu, saya pribadi sering berpikir, kalo nanti nikah pas jadi PNS gimana? Ga kebayang kalau harus LDM & sudah melabeli diri ga sanggup. Pertanyaannya, calon suaminya mana woi?

Menjalankan dua peran sekaligus, jadi ibu dan seorang pekerja, sumpah kayanya ga sanggup. Setiap ngebayanginnya, pikiran selalu ga sinkron, stres sendiri, dan malah over thinking. Pulang ngantor aja rasanya pengen langsung rebahan.

Setiap orang memiliki prioritasnya masing-masing dan saya pribadi prefer untuk menyiapkan diri jadi ibu rumah tangga. Saat ini, kerja rasanya jadi salah satu aktivitas sebelum bertemu jodoh saja.

Jadi PNS itu cita-cita Suri bukan sih? Kalau boleh jujur, bukan, tapi tuntutan hidup.

Dulu pernah ikut tes CPNS tahun 2016, tapi seleksi administrasi pun ga lolos. Alasannya, akreditasi yang saya upload tidak sesuai dengan tahun lulus. Intinya, saya lulus Juni 2016. Nah, Juli 2016 sudah ada akreditasi baru dan saya upload akreditasi terbaru ini di persyaratan CPNS. Seharusnya, saya upload akreditasi yang masih berlaku di Juni 2016.

2017 & 2018 saya skip ga ikut tes CPNS karena emang ga minat. Untuk apa memaksakan diri?

2019 pola pikir berubah dan mulai memasuki babak quarter life crisis. Masa ketika melihat teman seumuran sudah ada yang menikah, punya rumah, mobil pribadi, jalan-jalan ke luar negeri, dan masih banyak lagi. Saya pribadi harus puas dengan gaji UMR setiap bulan yang dipotong dengan BPJS, menanggung sebagian biaya hidup orang tua, birrul walidain, menabung dengan jumlah yang besar, tetapi bersedekah dengan nominal yang tidak terlalu besar. Benar-benar hidup yang minimalis dan meurih.

Tidak bermaksud untuk kufur nikmat. So far, gaji selalu cukup sampai akhir bulan dan bahkan bersisa walau tidak banyak dan masih bisa menyimpan uang 0,44% dari gaji.

Back to CPNS, keadaan finansial membuat saya ingin mencoba tes CPNS lagi. Tapi balik lagi, hati tidak bisa didustai dan tetap tidak sinkron.

Jurusan saya pasti selalu harus bersedia di wilayah mana pun. Ya kecuali mungkin kalau pilihnya jadi PNS di wilayah Bandung, ya mungkin bakal ditempatin di Bandung selamanya?

Heran juga. Memangnya berapa sih gaji PNS? Kok banyak yang daftar. Setelah ditelusuri dan bertanya pada PNS-nya langsung, gaji pokok PNS memang tidak besar. Akan tetapi, banyak uang tunjangan dan ini itu yang bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Untuk instansi yang saya lamar sendiri, untuk freshgraduate S1, total uang yang masuk ke rekening setiap bulannya tembus di dua digit. Bener ga ya? Wallahu'alam.

Rasanya silau mengetahui itu semua dan tertarik untuk daftar. Sayangnya, sepertinya niat saya jadi PNS itu semata-mata karena uang. Niatnya tidak lurus. Padahal, PNS sendiri kan PEGAWAI Negeri Sipil, ASN, Aparatur Sipil Negara, seharusnya mengabdi pada masyarakat, bukan malah mikirin hidup banyak uang. Astaghfirulloh. Hmmmmm..

Catatan yang menggantung di 23 Maret 2020, tapi baru dibuka lagi 6 April 2020.

0 komentar:

Posting Komentar