Kiri ke Kanan: Bapak H, Suri, dan Ibu E |
Memang
tidak dapat dipungkiri, bulan Agustus selalu menjadi bulan istimewa untuk saya.
Selain bulan lahir, kali ini Agustus menjadi momen bersejarah dalam hidup “Momen
Wisuda”.
Setelah
dinyatakan lulus pada hari Pancasila, 1 Juni 2016, saya memang sibuk melengkapi
persyaratan untuk pengambilan ijazah dan juga wisuda. Sebelum hari H wisuda,
jantung saya selalu memompa darah lebih cepat dari biasanya. Saya selalu
memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, seperti: bagaimana jika nanti saya
terjatuh saat berjalan menuju pak rektor karena saya pasti mengenakan hi-heels.
Adakah orang yang mau datang ke wisudaan? Rasa rendah diri itu hadir karena
selama kuliah, saya tidak memiliki geng khusus untuk merayakan ulang tahun,
sidang skripsi, atau kedekatan intim dengan siapa pun. Saya berlaku tertutup,
netral, dan sewajarnya pada semuanya.
Hingga waktunya
tiba..
Entah
kenapa setelah menjadi mahasiswa tingkat akhir, saya menjadi pribadi ngaret dan
terbawa hingga saat ini. Saya mengestimasikan berangkat pukul 06.30, selambat-lambatnya
pukul 06.45. Realitanya, saya berangkat pukul 07.15. Hal ini disebabkan karena
saya telat datang ke tukang rias yang harusnya datang pukul 05.20, saya malah datang
pukul 05.35. Diriasnya juga ternyata lama dan sampai pukul 7-an. Ngaret sedikit,
jadi ngaret ke semuanya. Tentu saja saya dimarahi orang tua. Pagi yang membetekan
akan berpengaruh seharian. Trust me!
Saya tidak sempat mengecek make
up lagi. Saya anggap make upnya bagus. Agak kecewa dengan pemakaian
kerudungnya karena membuat muka saya bulat dan bekas jerawat di samping pelipis
terlihat jelas. Ekspektasi saya, kerudung akan menutupi pelipis dan
memberikan kesan wajah tirus dan muda. Alhasil, semua itu tidak terwujud.
Make up. Bahas make up
lagi ya.. Setelah saya cek, make upnya menor saat berada di alam terbuka
apalagi pada bagian eye shadow. Padahal saya mintanya natural hikssss.
Tapi kalau di dalam Graha Sanusi sendiri, make up tidak terlalu terlihat karen
kerlap-kerlip lampu dan efek cahaya. Kalau kata Aa (kandung), make up
saya itu kaya yang mau kawin. Hmmmm..
***
Perjalanan sangat menegangkan. Galau,
takut tiba di sana lewat pukul 08.30. Katanya harus ada SELAMBAT-LAMBATNYA setengah
jam sebelum acara dimulai. Saya lupa, malah mengestimasikan waktu perjalanan
menggunakan motor, bukan mobil. Jalanan menuju perempatan Taman Kopo macetttttt.
Ya alhasil sepanjang perjalanan, saya diomeli hiks.
Tibalah saya di Graha Sanusi
Harjadinata, Universitas Padjadjaran. Saya tiba sekitar pukul 08.25. Ternyata masih
banyak juga mahasiswa dan orang tua yang berada di luar. Alhamdulillah tidak
telat.
Hingga
akhirnya acara dimulai dan akhirnya pembagian ijazah. Berkali-kali saya
meminjam tangan orang di samping kiri saya, Uyung, untuk latihan berjabat
tangan agar tidak grogi dengan pak rektor nanti.
Bareng Uyung nih!
|
Giliran penyerahan ijazah
untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya. Kami berbaris dan nama saya dipanggil
pada urutan ke-32. Ketika menerima ijazah dari dekan, Pak Yuyu (bukan ijazah sih,
hanya mapny saja, isinya kosong), senang gila waktu si bapak bilang, “Selamat
ya!” Saya jawab, “Terima kasih, Pak.” Kemudian saya maju sambil tersenyum ke
arah pak rektor. Sebenarnya saya berdebar-debar, apa bapak ingat pada saya yang
setahun lalu......... Saya tidak bisa menyembunyikan rasa senang bertemu bapak,
bersemangat sekali! “Paaaaak,” spontan saya memanggilnya sambil berjabat
tangan. Bapak tersenyum sambil memberikan ucapan selamat. Saat saya melepas
jabat tangan, tiba-tiba tangan saya mengenai palu di meja dan terdengar geseran
yang menghasilkan suara. “Aduh,” spontan keluar suara dari mulut saya dan
sangat bingung apa yang harus dilakukan. Seketika guru besar di belakang tertawa
kecil. Pak rektor pun memperbaiki posisi palu dan saya berjalan turun dari
panggung. Nampaknya para hadirin tidak menyadari apa yang telah terjadi. Namun,
saya tetap merasa malu. Duuuuuuh..
Acara
selesai dan dada saya berdegup semakin kencang. Adakah yang akan menyambut
saya? Adakah yang mau memberikan bunga atau sesuatu? Ngarep.. Teman-teman mulai
sibuk dengan kawannya masing-masing. Duh, mana ini.. Alhamdulillah, ada Nining
tiba-tiba memberikan hadiah coklat. Setelah itu disusul oleh banyak teman
lainnya. Terima kasih bunganya, Kos! Engkos adalah orang pertama dan laki-laki
pertama yang memberikan saya bunga. Terima kasih kerudungnya, Ca! FYI, kerudung
pemberian Caca mengingatkan saya pada satu kejadian di Mesir. Dulu saya ingin
sekali membeli kerudung motif hampir sama seperti itu di Ismailia. Namun,
ketika itu kerudung hanya cocok untuk satu baju. Jadi, saya memilih kerudung
motif lain yang bisa dipadupadankan dengan baju-baju ketika saya di Mesir. Rasanya
seperti de javu, seperti mimpi. Seakan-akan Caca tahu apa yang saya inginkan. Alhamdulillah..
Yasifa, terima kasih juga untuk bunganya ya. Kamu perempuan pertama yang
memberikan saya bunga dalam hidup. Terima kasih bengbengnya ya Muuuut.. Manis
kaya kamu, Mut! Terima kasih bros dan pembatas bukunya ya Nisa, soulmate di
DAMRI.. Dari dulu saya gak punya bros dan ga sempet beli. Akhirnya ada yang
ngasih. Nisa tahu aja nih kalau saya suka baca buku dan butuh pembatas buku.
Buat
Himasa, makasih ya bunganyaaaa. Alhamdulillah masih diinget HIMASA hehe. Buat Mae,
makasih gantungan kelinci ijonya. Lucu bangeeeeeet. Sukaaaaa! Buat Asri temen
kosan zaman maba & partner FORSI, makasih bunganya dan cepet nyusul ya! Buat
Asti dan Reni yang off kerja dan datang ke Granus, makasih bunganya ya!
Sweeeet!
Buat
Dewiiiiiiii, sedih sih ya ngga datang ke wisudaan karena jarak Lampung itu ga
seindah jarak Nangor DU. But, thanks buat bonekanyaaaaa!! Lucu banget. Akhirnya
ada juga yang ngasih saya boneka. Buat Fina, makasih ya buat bunganyaaaa. Cepetan
juga jadi S. Hum yaaaaaa.. Buat Ayuuuu, temen KKN berhati peri, makasih juga
buat bunganyaaaaa. Ga nyangka bakal ketemu Ayu. Unexpected bangeeeet! :”
Saya
tidak habis pikir, ternyata Alma dan Anami datang ke wisudaan. Mereka memberikan
saya boneka dan bunga. Terima kasih lho ya, sudah datang jauh-jauh dari Kopo. Kalau
kawan SDMK sih pasti hadir. Saya sudah yakin itu, walau tidak full team
Buat Kang Abdi dan masanya,
Pandu, Ige, Ghifari, Andri, terima kasih ya sudah foto sama bannernya haha. Big
thanks banget buat Kang Abdi, TERBAIK! Buat Anin, makasih buat bingkisan serba
ijonya. Tau aja saya suka warna ijo.. Sumpah makanannya enak-enak! Buat Nadya,
makasih ya sudah rela menembus macetnya Bandung dan terima kasih untuk bunga
yang tak pernah layuuuu. Ahiwwwwwwww..
Buat
Kang Parto nih spesial haha. Makasih ya, sumpah kadonya bikin saya gabisa tidur
semalaman karena hadiahnya kopi. Wekawekaweka.
Apa
ada yang belum kesebut? Maafkaaan. Saya lupa siapa aja :”
Terima
kasih untuk semua teman yang sudah datang dan mendoakan. Terima kasih sudah
membanjiri handphone saya dengan ucapan selamat, terima kasih sudah meramaikan
media sosial saya! TERBAIKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!! LOVE LOVE LOVEEEEEEEEE YOUUUUU!!
SUKI DAAAAAAAA!!!!
PS: Saya jadi teringat pesan ibu dosen pembimbing saya, Ibu Titin. Beliau berpesan pada saya untuk tidak negatif thinking terhadap sesuatu. Pada wisuda ini, saya sebagai sosok introvert (mungkin lebih cocoknya ambivert) sangat meresahkan siapa saja yang akan datang. Selama ini saya selalu merasa sendiri dan kesepian. Nyatanya, banyak sekali orang yang datang dan peduli terhadap saya hingga menyempatkan mengirim pesan singkat ucapan selamat. Bukan seberapa banyak kado yang didapat, tetapi seberapa banyak do'a yang orang-orang panjatkan untuk saya agar menjadi orang sukses dan berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.
Bandung, 6 Agustus 2016
Pukul 09.07
Waktu belum beres-beres rumah
Bersama Pandu, IG, Ghifari, Andri, dan Kang Abdi |
Saya dan Desi. Duh, pendek banget nih. Aslinya kita sepantar. |
Bareng calon pramugari nih, Yasifa hehe |
Bareng Reni & Asti |
Kiri ke kanan: Alma, Saya dan Anami |
Kiri ke kanan: Alma, Saya, Anami |
Chaedir, Aul dan Saya |
Saya dan Caca. Thanks Ca! |
Sebagian Sastra Arab UNPAD |
Bareng Ayu, Ibu Peri dari FMIPA ^^
|
Kiri ke kanan: Engkos, Lita, Chaedir yang jauh-jauh datang dari Jakarta demi ayang Aul, Saya, Mada. |
0 komentar:
Posting Komentar