Kisbis (Kisah Bisnis Suri) Part 1

sumber: kiosusaha.com

Semasa  sekolah atau kuliah, kalian pasti menemukan teman yang rajin mengerjakan tugas, pemalas, gila, gokil, pendiam, tukang bolos, titip absen, rajin kuliah tapi niatnya cuma dagang. Jika kalian berteman dengan saya, saya adalah tipe teman yang itu.... Rajin kuliah, tapi niatnya cuma dagang.

Buka bersama teman 8E kemarin, salah seorang teman mengatakan, “Eh Sri, jadi inget waktu SMP suka beli realg**d sama kamu.”
“Wah, oh iya?” Malah saya yang lupa. Dia (Santi) tiba-tiba melemparkan saya ke masa lalu. Oh iya, benar juga, dulu saat kelas 8 saya memang sering membawa dagangan ke kelas, seperti susu realg**d, rech**se (dulu rech**se harganya masih seratus rupiah, belum ada yang harganya lima ratusan, dan iklan di tvnya hanya sering diputar hari Minggu. CMIIW).

Berbeda lagi dengan buka bersama teman SMA, salah seorang kawan SMA  “memaksa” saya untuk membawa seblak. Doi (mbak Dea adalah langganan saya saat itu). Akhirnya, saya memaksa emak untuk membuat seblak lagi. Yap, saat SMA saya terkenal sebagai tukang seblak kering. Saya menjualnya Rp. 500 saja. Saya selalu terharu jika mendengar kata-kata Mbak Dea, “Suri, seblak mama kamu tuh enak bangeeeet! Khas banget, rasanya beda dari yang lain.” Mungkin memang setiap pedagang seblak memiliki cita rasanya masing-masing. Hehe. Pasca putih abu, saya berhenti berjualan seblak karena saat tingkat satu saya mengekos dan sudah banyak danusan dari teman. Saya kurang berani berbisnis makanan saat kuliah. Ada kekhawatiran tidak laku, padahal belum dicoba. Finally, saya pun hanya mempertahankan bisnis pulsa yang sudah saya rintis sejak SMA.

Jual  pulsa memang tidak memiliki keuntungan yang banyak, tetapi setidaknya pulsa yang saya pakai merupakan laba dari jualan pulsa. Terkadang, bisnis pulsa itu harus sabar. Harus siap menagih yang seharusnya ditagih, siap dengan segala jawaban yang ada, tetapi tetap gigih hingga rupiah kembali. Konsekuensi berjualan pulsa juga harus siaga dengan orang-orang yang berniat menipu. Pernah suatu hari, saya mendapatkan sms dari nomor tidak dikenal dan mengatasnamakan teman satu kampus. Dia meminta diisikan pulsa senilai 25ribu. Agak aneh sih karena si doi biasanya tidak pernah membeli pulsa sebesar itu. Biasanya hanya kisaran 5-10ribu. Keesokan harinya, saya merasa heran karena si doi ini tidak langsung membayar seperti biasa. Saya tagih dan doi bilang kemarin dia tidak membeli pulsa. Bagai dihantam petir di siang bolong. Keuntungan pusa saya lenyap seketika. Berkali-kali saya coba meyakinkan dan doi bilang tidak. Doi pun tidak mengenali nomor yang mengirimi saya pesan singkat tersebut. Mungkin saat itu saya kurang bersedekah dan kurang ujian. Alhamdulillah lewat peristiwa itu, saya jadi lebih waspada dengan pesan dari nomor-nomor tidak dikenali, apalagi kalau isinya mama minta pulsa atau papa sedang di kantor polisi.

Ya begitulah saya saat sekolah dan kuliah, saya lebih sedih ketinggalan buku catatan hutang daripada buku catatan kuliah. Apalagi kalau ketinggalan di hari Kamis atau Jum’at. Sedih sekali karena harus menunggu Senin.



A little story from Sri Hidayanti,
Sabtu, 04.40
Bandung, 27 Agustus 2016

Backsound adzan subuh

2 komentar:

  1. Waaah, jam terbang suri berdagang sudah sejak dini yak :D
    Keren kamu teh! Semangat terus bisnisnya, sobat! ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iya, Nam.
      Eh makasih juga Anami salah satu fans seblak emak :D

      Makasih, Nam yg sama kerennya wkwk.
      Sukses juga buat Nam, semoga menjadi make up artist ternama. Aamiin.

      Hapus