Dia datang kembali. Siap? Jawabannya selalu tidak. Kali ini dia bukan milik siapa saja yang dewa. Dia milik siapa saja, entah dewa atau jelata. Ternyata peganganku masih begitu lemah. Kecewa? Iya. Kecewa terhadap diriku sendiri yang tidak pernah sadar perputaran waktu. Ini semua salahku? Iya, salah siapa lagi? Ingin mengambinghitamkan semua yang memiliki peran utama. Kerendahan diriku menjadikanku pemeran figuran.
Sampai kapan? Sampai aku tidak pernah melakukan pergerakan. Tuhan, sampai kapan aku terus berkata, "Tuhan, tolong maafkan untuk yang kesekian!"
Tuhan berikan ampunan dan aku selalu bersembunyi dalam kenyamanan. Tuhan, apa yang bisa membuatku mengambil kesempatan? Apa saat keberuntungan bertemu dengan kesiapan? Tuhan, aku sangat takut melakukan pengorbanan. Berikan aku keberanian. Tolong, ini demi masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar