Sudan |
Daripada berlama-lama, ini dia hasil wawancara saya bersama Teh
Hanan, mahasiswi Sastra Arab 2011 yang pernah menuntut ilmu di Sudan selama 6
bulan.
1. Bagaimana awal mulanya bisa ke Sudan?
1. Bagaimana awal mulanya bisa ke Sudan?
Sebenarnya rencana awal mau ke Mesir, bukan ke Sudan. Akan tetapi,
setelah berkonsultasi, Pak Nandang menyarankan saya untuk ke Sudan. Akhirnya
pindah haluan dan mencoba ke Sudan. Saya banyak mendapat bantuan dari Pak
Nandang, para dosen, staf di jurusan, dan teman Pak Nandang yang sekolah di
Sudan.
2. Bagaimana caranya agar bisa ke sana? Biaya sendirikah?
Bisa ke sana karena ada informasi dari dosen, kemauan belajar, dan
nekad. Saya menyebarkan beberapa proposal ke beberapa perusahaan, donatur.
Sebelum proposal diajukan ke berbagai perusahaan, ajukan terlebih dahulu pada
Sang Pemberi Rezeki. Tidak semua biaya sendiri, ada dari hasil proposal dan
donatur.
3. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk pergi ke sana?
Selain berkas-berkas yang dibutuhkan seperti passport, transkrip
nilai, foto, dan dokumen lainnya, tidak dipungkiri mental, jasmani dan rohani
harus dipersiapkan dengan baik pula karena bukan hanya pergi atau sekedar
jalan-jalan ke luar negeri saja, tetapi menuntut ilmu juga.
4. Kira-kira berapa lama persiapan untuk ke Sudan?
Persiapan sekitar 3 atau 4 bulan, tetapi proses menyebarkan
proposal dan lainnya kurang lebih setahun.
5. Apa saja yang dilakukan di sana?
Belajar di markaz lughah Jami’ah As-Sudaan Al-Maftuhah, mengikuti
beberapa kegiatan PPI Sudan, tinggal di Dakhiliyah, jalan-jalan, ikut-ikut
teman ke Jami’ah (universitas).
6. Bagaimana rasanya bisa pergi ke Sudan?
Sangat senang, bersyukur, tidak menyangka, rasanya seperti mimpi,
sedih. Campur aduk semua.
7. Pelajaran apa saja yang didapat selama belajar di sana?
Untuk formal, saya mendapatkan pelajaran bahasa Arab fusha, belajar
khatt, maharatul kalam, dan lain-lain. Untuk non formal, saya mendapatkan
pelajaran hidup, yakni belajar hidup sederhana, lebih bersyukur, jaga wudhu,
sabar, dan pelajaran ruhiyah.
8. Adakah perbedaan antara belajar di Sudan dan di UNPAD?
Jelas ada. Bahasa yang dipelajari langsung diaplikasikan dalam
interaksi sehari-hari. Kita bisa langsung
maharah al istima’ dengan penutur aslinya.
9. Apa saja pengalaman seru selama di sana?
Pengalaman seru tentu banyak, misalnya shalat beralaskan kardus,
tikar yang bolong-bolong, shalat di depan toko yang banyak debunya. Itu yang
paling seru karena belum pernah dirasakan di Indonesia, berasa banget
ibadahnya. Serunya lagi, cara masyarakat sana itu (terutama laki-lakinya)
memuliakan perempuan. Misalnya, saat itu saya pulang dari suatu tempat dengan
teman dan mau naik bus. Busnya penuh dan teman saya bilang, “Udah Teh Hanan ayo
naik!”
Kemudian disitu saya menolak, “Ah engga mau, busnya penuh.”
Teman saya tetap memaksa, “Udah ayo naik aja!”
“Ih ngga mau, orang busnya penuh, ga bakalan dapet tempat duduk!”
Saya tetap ngotot tidak mau naik.
“Udah naik aja, nanti bakal dapet tempat duduk kok.”
“Ih ini gimana sih orang keukeuh banget, orang jelas-jelas
ga bakalan dapet tempat duduk!”
Ya akhirnya saya turuti dan naik. Saat saya naik, para laki-laki
yang duduk dekat saya dan masih kejangkau tiba-tiba langsung berdiri dan
saya bingung apa yang harus saya lakukan. Teman saya langsung bilang, “Udah,
Kak Hanan duduk!”
“Hah, duduk di mana?”
“Udah duduk di mana aja!”
Akhirnya saya duduk dan bilang, “Syukran.”
Kemudian laki-laki Sudan itu bilang, “Laa syukran ‘ala waajib.”
Di sana saya merasa, “Ya Allah gila keren banget, Indonesia ga ada
yang kaya gitu kan!”
Pengalaman seru lainnya waktu belanja di pasar beli bawang. Harga
seperempatnya lima pon, tapi saya hanya butuh sedikit dan hanya minta 3 pon. Ternyata
bawangnya ditambah kaya kita beli 5 pon. Terus saya bilang, “Udah udah,
gamau. Cukup!” Tapi tetap ditambah dan akhirnya karena kebiasaan di Indonesia
kita beli apa, kembaliannya udah ambil aja. Kata amunya (Paman, pedagang
bawang), “Ga mungkin (Laa yumkin, walaa yanfa’).” Saya tanya, “Kenapa gitu? Kan
amu udah nambahin saya bawang banyak?”
“Ngga ngga, itu haram, ya ukhti!”
“Kenapa?”
“Karena diakadnya kamu setuju 3 pon dan jika saya ambil 2 pon dan
saya makan, itu haram dan tidak bermanfaat.”
Saya langsung terkagum-kagum dengan amu. Ya Allah, jujur banget,
padahal itu cuma jual bawang. Kemudian amu juga mengatakan bahwa profesi
sebagai pedagang itu tanggung jawabnya paling berat di akhirat, takut salah
timbangan, atau ngga jujur kaya akad tadi (sesuai akad berapa, tapi uang
yang diambilnya beda dengan akad sebelumnya).
Ada lagi pengalaman seru waktu di Jabal Aulia naik perahu di Sungai
Nil. Itu pertama kalinya saya naik perahu dari kayu dan katanya di nil itu
banyak timsah-nya (buaya). Saya terkejut dan perahu sudah berada di
tengah. Disitu saya merasa tegang. Tapi, alhamdulillah saya tidak melihat
buaya. Entah hanya ditakut-takuti atau memang ada buaya.
10. Ke mana tempat yang harus dikunjungi jika pergi ke Sudan
Ke Omdurman, Khartoum, Duem atau apa ya namanya (saya lupa), sungai-sungai. Kalo ke kampus, Universitas Omdurman, Jami’ah Khartoum yang gambarnya biasanya ada di google-google, Burj Fatih (kalo di Abu Dabhi kaya Burj Khalifah).
11. Apa motivasi untuk orang yang ingin ke Sudan?
Nekat ingin keluar dari zona nyaman. Saya lulus dari Sastra Arab, setidaknya saya bisa berbicara bahasa Arab walaupun cuma bisa nanya-nanya doang, setidaknya berani.
Buat paspor, karena daftar ini itu, jika ujung-ujungnya diminta passport dan tidak ada akhirnya ga berangkat, kan? Paspor adalah kunci utama.
Bismillah, lillahi ta’ala bahwa apa yang dijalani, mau ke mana pun negaranya, luruskan niat bahwa kita menuntut ilmu lillahi ta’ala insya Allah dimudahkan. Masalah nanti dapat A, B, atau C, itu bonus dari Allah.
12. Ada rencana buat S2 di luar?
Ada. Jika Allah menghendaki, saya ingin ke Sudan lagi atau ke
Jeddah.
Ya, itu dia hasil wawancara saya dengan Teh Hanan. Mohon maaf
karena tidak mencantumkan foto-foto Teh Hanan selama berada di sana. Semoga kalian
yang ingin ke Sudan semakin semangat belajar, berusaha, dan berdo’anya! (Suri)
Maasya Allah, ka hanan ditunggu kedatangnnya d sudan lg yaa... ^^
BalasHapusMohon doanya untuk Teh Hanan :)
BalasHapus