Hai, hai, hai.. Maaf ya kalo akhir-akhir ini jarang mampir ke blog tercinta. Harap maklum, saya kurang bisa membagi waktu.
Tahun ini salah satu mimpi saya sejak kecil terwujud. Mimpinya ga neko-neko, cuma pengen naik kereta api. Mungkin kalian tertawa, but i swear this is a truly happiness. Siapa lagi yang mewujudkannya kalo bukan KOLABORASI :D
Naik kereta api dalam rangka ke Yogyakarta buat gathering and upgrading bersama temen-temen BEM KEMA UNPAD. Gaya banget ya, acara "sekedar" GET UP musti jauh-jauh ke luar kota, bahkan provinsi. Rasanya naik kereta api enak, tapi banyak berhentinya. Maklumlah, kereta ekonomi.
29 Agustus 2014.
Waktu itu hari Jum'at ba'da magrib, saya diantar kakak ke-2 saya (laki-laki, usia 32 tahun) ke stasiun kereta api Kiara Condong. Saat itu Bandung sedang romantis-romantisnya diguyur hujan.
Saya sudah sangat berdebar-debar, takut menjadi yang paling telat datang karena saat itu sudah pukul tujuh malam lebih. Sementara, kereta pergi pukul sembilan malam.
Setibanya di sanaaa, saya hanya mampu celingak-celinguk sendirian. Ditemenin kakak deng. Ternyata, massa kolaborasi belum ada yang datang satu pun. Duh, padahal saya sudah bilang akan datang telat. Taunya jadi yang pertama. Selalu begini. -_-
Jodoh emang ga ke mana. Di stasiun Kiara Condong, saya bertemu teman SMA saya, Tenny Vacummita. Dia juga memiliki tujuan yang sama, Yogyakarta. Hanya saja, dia akan berangkat satu jam lebih cepat. pukul 8 malam. Sama-sama naik kereta malam ya! Oiya, dia ke Yogya bersama rekan kerjanya di kantor pajak. Tenny sendiri sekolah D1 pajak di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dan sekarang dia sudah bekerja di kantor pemerintahan.
Melihat keakraban saya dengan Tenny, kakak saya izin pulang. Yah, oke deh..
Tidak lama setelah kakak saya pulang, Tenny sudah harus pergi. Saya kebingungan, tak tahu harus ke mana. Akhirnya saya hanya nongkrong di luar stasiun, kesepian di tengah keramaian. Banyak sekali muda-mudi membawa carrier bag. Mungkin mereka mau mendaki gunung. Saya selalu iri melihat orang dengan penampilan seperti itu. Sesungguhnya, saya juga ingin seperti mereka. Namun, terkadang saya merasa takut tidak sanggup menanggung beban yang berat karena tubuh saya yang mungil.
Orang ke-2 yang datang setelah saya, Teh Ana. Setelah itu, keluarga kolaborasi bermunculan sebelum beberapa menit keberangkatan kereta.
Naik kereta seru! Hampir satu gerbong dipenuhi keluarga Kolaborasi. Seingat saya, waktu itu saya duduk dekat Lovi dan dua orang laki-laki. Saya lupa siapa laki-lakinya karena saya keburu mengantuk dan tertidur. Saya tidak tidur nyenyak sih, dikit-dikit bangun. Kurang nyaman tidur di kereta api ekonomi yang kursinya super keras, lebih nyaman tidur di bus Elang Jatinangor, kursinya empuk.
Udah we yah, sekitar subuh tiba di stasiun Kutoarjo. Tiket dari stasiun Kiara Condong ke Kutoarjo sekitar 35.000 apa 40.000. Saya lupa. Ntar jam 6 disambung lagi naik kereta pramex ke stasiun Lempuyangan. Ongkosnya 5000. WC di pramex lebih bersih daripada kereta sebelumnya. Mungkin karena masih pagi, jadi saya kebagian pertama make.
Setibanya di stasiun Lempuyangan, kami menunggu bus jemputan dari Universitas Negeri Yogyakarta. Setelah itu diboyong check in ke motel apa gitu. Lupa lagi namanya. Liat desain motelnya, saya berasa main film di Rumah Dara dan saya sih merasakan aura mistis. Gatau deh yang lain.
Oiya, agenda pertama kami setelah menyimpan barang di motel, kami "stuban" (ceritanya) ke Universitas Negeri Yogyakarta. Yogya panas beuuuud. Ini kedua kalinya saya ke Yogya, sebelumnya pernah ke Yogya saat karya wisata SMA. Kesan saya saat melihat UNY, yaaa tidak sebesar UNPAD. Atau saya hanya melewati sebagian kecil UNY saja?
Daaaan memang benar, saat ke sana hal ini benar-benar terbukti, "Kalo anak UNPAD ke UNY, bukan anak UNPAD yang ngincer anak UNY, tapi anak UNY yang ngincer anak UNPAD."
Perasaan saya stuban di UNY, gakuat pengen ketawa karena ngomongnya pada medok logat jawa. Sorry, ga bermaksud rasis.
Beres stuban dari UNY, nunggu bus super duper lama. Busnya jemput timnas U-19 dulu. Sebel banget kan ya, pihak bus UNY semacam pengen ngambil untung 2x, tapi merugikan salah satu pihak (UNPAD). Akhirnya jadwal dipastikan sangat ngaret. Belum lagi, destinasi selanjutnya ke Candi Borobudur yang sangat sangat jauh.
Udah weh ya. Kalo ga salah kita masuk candi Borobudur jam 4an. Cuma tinggal sejam lagi waktunya Candi Borobudur buat buka.
Yaa, di Candi Borobudur cuma foto-foto aja.
Setelah candi tutup, kami makan di sekitar Candi. Sebenarnya saya ragu untuk makan di tempat-tempat itu. Alesannya cuma satu, takut makanannya "manis". Masakan jawa (tengah) biasanya manis dan saya sebagai orang Sunda sangat suka makanan asin bin pedas.
Yaudah deh, pesen nasi rames aja. Iseng-iseng berhadiah. Nasi rames datang.. Isinya ayam "drum chick" pake bumbu kuning, kulit sapi, dan mie. Gimana rasanya? Duh, saya kurang suka paha ayam. Teruuuus, dapat dipastikan bahwa itu adalah ayam kampung. Terus apa lagi? Saya gasuka ayam kampung, terus ayamnya ada kulitnya. Ga suka kulit ayam yang masih basah. So, saya kasihin itu ayam ke Kang Abdi. Saya juga gasuka kulit sapi. Ibu saya tidak pernah memasak kulit sapi di rumah. Dulu, saya pernah makan kulit sapi, rasanya mual, geli di lidah. Jadi akhirnya, saya hanya makan mie dan nasinya saja. Maaf saudara-saudara, hidup saya memang sedikit ribet!
Akhirnya makan yang terpaksa dimakan itu berakhir.
Skip skip skip moment yang dianggap ga penting.
Agenda malam ke Malioboro, alun-alun kota Yogya dan sekitarnya. Seneng banget deh ke Alun-alun. Rasanya, index of happinessnya warga Yogya tuh dapet banget.
Sebenernya ini acara bebas, nanti jam 11 malem ketemuan di Benteng Vredeburg.
Saya, Anin, Nadya, Cinti & Uik pergi keliling-keliling naik beca. Sekalian nyari bapia juga. Sama si bapaknya sih dianterin ke bapia 88 atau bapia berapa gitu, pokoknya dua digit angka. Si bapak tukang beca juga cerita kalo bapia ** satu pabrik sama bapia 88. Cuma, bapia ** dijual dengan harga yang lebih mahal. Saya beli bapia 88 harganya 25000. Beli 4 jadi 100.000. Rasanya lumayan enak daripada bapia yang dijual di jalan.
Dulu pernah sih pas SMA ke bapia Java, tapi itu ngebangkrutin banget. Rasanya enak sih, tapi waktu SMA, uang siswa buat karya wisata cuma berapa sih..
Keliling naik beca bayar 10.000. Bapaknya baik banget, ga manfaatin kita. Padahal waktu itu udah malem banget, pasti si bapak udah capek. Semoga bapak tukang beca itu dimudahkan rezekinya, amin.
Keesokan harinya..
Sebenarnya tidur di motel cuma 1 malem doang. Tidur sekamar sama Nadya. Pagi juga udah check out.
Jam 08.00 semuanya udah pada siap buat pergi, udah sarapan dan bla-bla bla. Nunggu bus ga dateng-dateng juga. Sampe akhirnya ditelepon. Sopir busnya masih di rumah. Dia bilang, kemarin diminta jemput jam 10.00. Sumpah, sopir busnya nyebelin. Kemaren aja marah-marah sama kami.
Dengan sabar, kami cuma bisa nunggu lagi kaya kemaren. Sopir bus merusak rundown kami lagi.
Kami berangkat ke pantai Parangtritis dengan purat-perot ga karuan. Antara pengen ke pantai dan mikirin pulang nanti ke stasiun takut telat.
Udah deh, kita ke Parangtritis. Di sana main game. Susah dijelasin gamenya. Saya coba jelasin ya. Jadi gini, ada dua kelompok saling berhadapan. Masing-masing anggota kelompok saling memegang erat tangan orang di sampingnya. Orang pertama dari ujung kiri harus memberikan sarung kepada orang di sampingnya sampai ke orang yang paling ujung, tapi tangannya tidak boleh lepas. Jika lepas, maka harus diulangi dari awal (dari orang pertama). Game ini lumayan seru. Melatih kekompakan. Intinya mah siapa yang berhasil, itu yang paling kompak. Kelompok saya unggul di awal, tapi kalah di akhir. Yahhh..
Seru-seruan di pantai membuat kulit kami terbakar, setelah itu tujuan kami ke stasiun Lempuyangan untuk pulang. Kereta akan berangkat pukul 14.00.
Setengah jam sebelum keberangkatan, kami baru tiba dan saya sangat lelah karena harus lari-lari untuk shalat dzuhur.
Kami tiba di stasiun Kiara Condong pukul 23 lebihan. Lumayan lelah dan saya dijemput lagi oleh kakak saya.
Tiba di rumah sekitar setengah dua belas malam dan besoknya saya ke kampus seperti biasa. Profesional cuy!
Paradigma saya terhadap Yogya lumayan membaik daripada saat SMA. Terima kasih keluarga Kolaborasi!! :)
Maaf geje.
saya di Candi Borobudur |
dari kiri: Saya, Cinti, Anin & Nadya |
Dari belakang kiri: Uik, Gifari, Kang Abdi, saya, Cinti, Salma, Nadya & Anin |
Keluarga Kolaborasi |
Keluarga SDMK dari kiri: Nadya, saya, Uik, Kang Abdi, Cinti, Salma & Anin |
huaaaa... pengen ihh jadi backpacker X) berapa suri ongkos kereta ke jogja??
BalasHapusHayu atuh, Nam. Nanti kita harus backpackeran!
BalasHapusKalo dari Kircon ke Lempuyangan dulu 50.000
Kalo dari Kircon ke Kutoarjo 40.000 Kutoarjo-Lempuyangan 5000.