Kapan sih mulai marak kata cabe-cabean? Sumpah, saya tidak tahu. Perasaan tahun-tahun ini dan setahun ke belakang booming di telinga masyarakat Indonesia. Saya hanya mengikuti orang-orang, bilang kalau perempuan-perempuan alay yang bajunya seksi atau penampilannya "mengundang" itu cabe-cabean. Setelah saya telusuri lebih lanjut, ternyata pemahaman saya aga benar, tapi kurang lengkap -membela diri-. Menurut kakak Wiki (baca: Wikipedia), cabe-cabean adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gadis di bawah umur yang merintis bisnis prostitusi. Awalnya, "cabe-cabean" adalah sebutan untuk perempuan ABG yang menjadi bahan taruhan di arena balap liar. Sementara itu, menurut salah satu artikel di islamicp*s.com, cabe-cabean adalah sebutan bagi remaja putri yang senang keluyuran malam dan nongkrong di balapan liar. Tuh, benar kan, yang dimaksud pasti ciwi-ciwi seksi.
Eh, ternyata cabe-cabean juga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu cabe ijo, cabe merah, dan cabe orange. Untuk penjelasannya searching sendiri ya! KPAI mengungkapkan, bahwa fenomena cabe-cabean ini telah muncul sejak tahun 2000. Wew, awal-awal tahun milenium itu!
Tampaknya, cabe-cabean mulai mengalami pergeseran makna. Orang naik motor reptil "rempet/ rapet tilu" dibilang cabe-cabean, anak-anak alay yang sering muncul di acara-acara musik disebut cabe-cabean, cewe kerudungan ngetat dan keliatan rambut dibilang cabe-cabean (padahal tepatnya jilboobs). Whateverlah, pusing pala barbieee. Yang saya tangkap dari masyarakat, orang yang berpenampilan tidak sesuai dengan norma dikatakan cabe-cabean, tapi istilah ini biasanya digunakan untuk anak-anak muda.
Mungkin istilah cabe-cabean cuma ada di Indonesia. Akan tetapi, aplikasinya banyak diterapkan di berbagai negara. Bahkan, di setiap negara pasti ada cabe-cabean. Ga usah percaya sama statement Suri yang tidak sohih ini.
Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar kata "perempuan Mesir"? Saya membayangkan, betapa zuhudnya mereka, menjaga diri dari laki-laki, berpakaian sangat syar'i mengikuti ajaran Islam, kebanyakan bercadar, dan tidak ada perempuan berjilbab yang tidak menggunakan celana atau baju ngetat.
Jujur, saat akan ke Mesir, betapa rempongnya ibu memikirkan baju apa yang harus saya kenakan saat kuliah. Saya pun begitu. Serba salah. Pakai celana takut disangka tidak beriman, takut dideportasi ke Indonesia, takut ini, takut itu pokoknya. Terlebih, saya mendengar info, katanya tidak boleh memakai celana ke kampus (padahal boleh). So, selama saya di Mesir, saya mengenakan baju-baju yang membuat penampilan "anggun". Hahaha.
Setelah melihat fakta di lapangan, mahasiswi di Mesir ternyata buanyaaaaaaaaaaak syekali yang mengenakan celana dan baju ketat. Tidak sesyar'i yang dibayangkan.
Mahasiswi di sini ada yang menggunakan baju serba hitam atau gelap, mengenakan sarung tangan, kerudung panjang, bahkan ada yang sampai matanya tidak terlihat. Bingung, bagaimana dia bisa melihat? Mungkin inilah "ukhti-ukhti" Mesir. Please jangan cekal saya dengan statement ini pleaseeeee! Lanjut, "orang Mesir sendiri tidak suka dengan tipe perempuan seperti ini" karena mereka hanya bicara dengan wanita, suami, ayah, atau keluarganya. Mereka benar-benar menjaga hubungan dengan lawan jenis (sumber: Baba Ahmad). Bagaimana Suri bisa menyimpulkan seperti itu? Begini ceritanya.. Suatu hari, salah seorang teman diajak ke ma'rod (pameran buku) oleh salah satu "ukhti" mahasiswi Mesir. Diantara teman saya itu ada yang "kebelet". Akhirnya, sebelum ke ma'rad, balik dulu ke asrama. Setibanya di asrama, si bawab (penjaga asrama) melihat teman-teman saya beserta mahasiswi bercadar itu. Teman saya diomeli, "Jangan bawa orang Mesir ke asrama, apalagi yang bercadar. Orang Mesir aja ga suka."
Back to topic. Penampilan mahasiswi Mesir sama saja seperti mahasiswi UNPAD. Kebayang kan kaya gimana?
Yang membedakan, di sini ada golongan perempuan yang mengenakan kerudung, kerudungnya minim sekali. Rambut depan terlihat jelas, poni keluar-keluar, rambut belakang pun terlihat, saking pendeknya kerudung. Lebih mencengangkan lagi, perempuan-perempuan di sini tidak sedikit yang mengenakan "kemben", kemudian mengenakan blazer atau jaket dalam posisi kancing terbuka dan kerudung pendek sehingga kulit sekitar dada dan ketiak kadang terlihat. Baju ngetat, celana ngetat. Serba ketatlah. Tidak hanya itu, mahasiswi jenis ini biasanya dandanannya menor. Bibir dipoles lipstick, bedak tebal, alis dibentuk. Yaaa, jiwa-jiwa sosialita.
Saya berpikir, bagaimana pandangan mahasiswa, dosen, pegawai laki-laki melihat wanita seperti ini? Semacam mengundang dan dibiarkan begitu saja. Ingin rasanya wawancara, nanya soal pakaiannya yang kenapa begitu. Tapi, takut balik ke Indonesia bangkenya aja. Yasudah, saya urungkan.
Perasaan, mahasiswi di Indonesia tidak ada yang seperti itu. Hmmm. Mungkin ada, tapi populasinya tidak sebanyak di Mesir.
Mungkin beginilah Sang Pencipta, menghadirkan pahala lewat dosa. Untuk itulah kalimat istighfar ada.
Naudzubillah, semoga kita dihindarkan dari hal-hal semacam itu ya.
Semoga cabe-cabean Mesir macam ini dibukakan pintu hidayanti, eh pintu hidayah.
1 Muharram 1437 Hijriyah,
Saat sakit pinggang di kamar 4D
Ternyata lebih - lebih Dari endonesiah yaaa..
BalasHapusIya, beginilah Mesir, non. Hehe.
Hapus